Lampung adalah provinsi di ujung paling selatan Pulau Sumatera, bolak balik sering saya lewati setiap kali mudik dari Jakarta/Depok ke Palembang/Baturaja, namun belum pernah saya berlibur di daerah ini.
Akhir pekan di ujung bulan September 2017, akhirnya liburan juga saya ke Lampung. Tujuannya tentu saja yang lagi ngehits: Pahawang dan Kiluan.
Selain pertama kali jalan-jalan ke Lampung, ini juga pertama kalinya saya mengajak Alif travelling dengan arranged tour setelah bertahun-tahun selalu jalan-jalan mandiri dari Palembang, Bali, Makassar, landtrip ziarah makam Walisongo, Hong Kong-China-Macau dll sampai keliling-keliling di Turki. Dulu dia masih kecil, kuatir merepotkan kalau ikut rombongan orang dewasa berhubung kekuatan fisik dan jadwal makan/istirahat/rutin hariannya mungkin sulit menyesuaikan.
Karena anak ini senang olahraga air, saya memilih paket snorkelling ke Pulau Pahawang dan Pulau Kiluan bersama Permata Wisata. Published price = Rp.599,000 per pax. Discounted price = Rp.545,000 per pax. Inclusion: Tiket bus dan ferry, sewa APV bolak balik dari Pelabuhan Bakauheni ke Ketapang, penginapan di Pulau Kiluan, 2x makan siang, sewa kapal untuk snorkelling dan dolphin watching (termasuk life jacket), retribusi lokasi-lokasi wisata, local guide.
https://mypermatawisata.com/opentrip/detail/OPK-0034SPJ/open-trip-pahawang-kiluan-episode-34-super-promo-start-jakarta
HARI PERTAMA (29/30 September 2017)
Dari Rawamangun pukul 20:00 WIB naik Go-Car, kami tiba pukul 21:10 di meeting point (gerbang keluar Terminal Kampung Rambutan). Setengah jam kemudian, bus bergerak.
Perjalanan menuju Pelabuhan Merak ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam. Ongkosnya Rp.35,000 dengan bus AC itu.
Tiba di pelabuhan sebelum pukul 1 dinihari, kami berkumpul sebentar untuk briefing dan menunggu peserta yang lain. Tour leader kemudian membagikan tiket elektronik untuk naik kapal. Harga tiket dewasa = Rp.15,000 atau anak-anak = Rp.8,000. Sejak 19 Juni 2017, tiket bisa dibeli online melalui https://tiket.indonesiaferry.co.id (pembayaran di ATM BRI dengan biaya administrasi Rp.1,000).
Pelabuhan Merak cukup bagus, tersedia ATM dari bank-bank pemerintah (Mandiri, BRI, BNI) di dekat pintu masuk. Ada Dunkin Donuts yang melayani sarapan mulai pukul 6 pagi, Alfa Express yang buka 24 jam, dan tentu saja deretan pedagang asongan khas Indonesia yang menawarkan aneka hidangan/minuman dingin maupun panas dengan harga wajar. Ada banyak toilet umum gratis (berdesain modern walaupun bau juga sih) di dalam pelabuhan setelah gate in, saya jadi menyesal buang air di wc umum yang “gitu deh” di area parkir, bayar pula Rp.2,000.
Naik KM Farina Nusantara pukul 2:00 WIB, kami memilih upgrade ke ruangan AC (menambah biaya Rp.10,000 per orang) supaya perjalanan lebih nyaman sambil dihibur tayangan film Warkop DKI yang legendaris. Kapal baru mulai berlayar pukul 3:00 WIB dari Pelabuhan Merak, tiba di Pelabuhan Bakauheni 1.5 jam kemudian.
Badan sudah pegal semua, perjalanan dimulai lagi pukul 5:00 WIB naik APV menuju Pelabuhan Ketapang, 2.5 jam perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni.
Sarapan sudah tersedia di Ketapang, kami bisa beristirahat sambil makan dan minum santai, lalu membersihkan diri dan berganti pakaian sampai pukul 9:00 WIB sebelum memulai kegiatan utama hari ini: Snorkelling.
Hujan sempat turun saat kapal kami beranjak meninggalkan Ketapang, untungnya segera berhenti sehingga destinasi snorkelling hari ini (ada tiga lokasi) bisa berlangsung sesuai itinerary.
10:00 – 11:00 = Snorkelling pertama di sekitar Pulau Kelagian Besar
11:30 – 12:00 = Snorkelling kedua di sekitar Pulau Pahawang Besar
12:30 – 13:00 = Bersantai di pantai di Pulau Pahawang Kecil
13:30 – 14:00 = Snorkelling ketiga di Taman Nemo
14:30 – 16:20 = Bilas, bersih-bersih dan makan siang di Tanjung Putus
16:20 – 17:30 = Perjalanan menuju Teluk Kiluan
17:30 – …. = Tiba di Teluk Kiluan dan check-in ke homestay, acara bebasAlif langsung terkapar begitu mendarat di kasur di homestay kami. Wajarlah, babak belur juga rasanya menempuh perjalanan dari Jakarta ke Ketapang selama 12 jam, lalu berolahraga air pula selama 5 jam, plus sakit semua badan karena jalanan yang kondisinya buruk (sebagian sedang dalam proses pengecoran oleh PU) menuju Teluk Kiluan.
Tour leader kami menawarkan menu makan malam BBQ ikan Rp.25,000 per kg tapi saya sudah terlalu capek…pengen cepetan tidur. Alif pun pastinya kenyang karena sehabis makan siang tadi dia tambah satu porsi Pop Mie.
PS. Tidak ada layanan internet melalui jaringan telekomunikasi seluler di Pahawang, cuma Telkomsel yang 4G-nya kencang di Kiluan.
HARI KEDUA (1 Oktober 2017)
Kami bangun pagi-pagi, langsung bersiap-siap di dermaga, tapi ombak yang tinggi dan angin yang kencang membuat kami harus menunggu hingga pukul 6:30 WIB sebelum melaut. Berbeda dengan kapal motor yang kami tumpangi di hari sebelumnya (berkapasitas 15-17 orang), Minggu pagi itu kami naik kapal jukung yang berukuran jauh lebih kecil (hanya mengangkut 4-5 orang).
Sayangnya, dua jam lamanya rombongan kami mengitari Teluk Kiluan, laut yang bergejolak sepertinya membuat kaum lumba-lumba memilih berdiam jauh di kedalaman laut ketimbang bermain-main di permukaan. Seekor pun tak ada yang tampak, tour leader kami berseloroh: “Ke Kiluan nggak ketemu lumba-lumba gini sama pedihnya dengan mendaki ke Dieng tapi gagal lihat sunset (karena mendung)…”
Pedih, memang. Jauh-jauh extra days menginap di Teluk Kiluan (6 jam perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni), eh yang mau ditemui malah ngumpet, hiks…hiks…
Anyway, life goes on. Semoga kapan-kapan ada rezeki ke Kiluan lagi dan menikmati “Kiluan dolphins” beratraksi.
Pukul 9:00 WIB, kami menikmati sarapan di Pulau Kelapa. Over priced untuk menu yang biasa-biasa saja: Nasi goreng seporsi Rp.15,000 (pre-order melalui tour leader) atau mi instan plus telur Rp.12,000 per porsi. Segelas teh manis hangat bandrolnya Rp.5,000.
Hanya setengah jam di Pulau Kelapa, kami kembali ke dermaga Pulau Kiluan lalu memulai petualangan terakhir dalam trip ini: Trekking ke Laguna Gayau.
Katanya “hanya 700 meter”, tapi track yang cukup challenging membuat perjalanan mendaki perbukitan itu terasa lumayan berat buat emak-emak berkelebihan berat badan seperti saya. But really worth it. Lagunanya bagus dengan pemandangan indah ke Selat Sunda, ada bagian di antara batu-batu karang di mana kadang-kadang ombak masuk menghantam sehingga kelihatan seperti air mancur.
Alif senang sekali berenang-renang di laguna itu, sedihnya ada kecelakaan kecil: Telapak kaki kirinya luka tergores batu, jempol kaki kirinya menginjak bulu babi. Terpaksa saya harus langsung membawanya ke UGD untuk mendapatkan suntikan anti tetanus/infeksi begitu sampai di Jakarta.
Pukul 12:00 WIB, kami kembali ke homestay untuk mandi dan bersiap-siap check out. Backpack saya terasa lebih berat karena hampir seluruh isinya adalah pakaian basah.
Makan siang sudah tersaji, nikmat sekali menyantap nasi dengan sayur asem, sambal, tempe dan ikan goreng di teras belakang homestay yang menghadap langsung ke teluk. Alif sempat bersantai di hammock, sejuk di bawah rindangnya pohon walaupun matahari masih terik.
Perjalanan kembali ke Jakarta dimulai pukul 14:00 WIB. Mobil kami berhenti sejenak pukul 17:00 WIB di daerah sekitar Pelabuhan Panjang (yang lucunya juga menjual oleh-oleh “khas Cianjur” juga “khas Bandung”), saya membeli beberapa bungkus keripik pisang dan kopi bubuk khas Lampung.
Waktu menunjukkan pukul 19:30 WIB saat kami tiba di Pelabuhan Bakauheni. Kebetulan Septi dkk yang semobil dengan saya juga berdomisili di Rawamangun, Jakarta Timur. Jadilah kami sama-sama naik bus dari Pelabuhan Merak ke Pulogadung sebelum berpisah naik taksi ke rumah masing-masing.
The trip had just ended. Tapi saya langsung pengen balik lagi, masih penasaran euy sama lumba-lumbanya!